Grace Oey

Aku adalah Penyuka Fenomena Senja... Hangatnya, Biasnya, Cahayanya, dan tentu saja Cintanya... Aku Sendiri adalah Semburat Fajar..

Friday, October 28, 2011

The Alchemist...

Terkadang hidup kita sama seperti seorang alkemis muda yang mendengar desas-desus tentang tambang emas di suatu tempat... Ia dengan bersemangat memutuskan untuk pergi dan mencari emas itu. Berbekal pengetahuannya, kecintaannya akan logam mulia itu, pergilah ia dengan tekad tak akan kembali sebelum menemukan apa yang ia cari.

Sungai itu penuh dengan bebatuan, ternyata. Tentu akan sulit sekali mencari emasnya. Ia akan harus berhati-hati dan perlahan-lahan menggali, tanpa merusak alam. Itu bukan masalah besar, tentu saja Ia akan sabar. Ini namanya hasrat. Bukan hanya sekedar ingin saja. Ini namanya dedikasi. Bukan hanya sekedar ingin keuntungan.

Maka ia mulai menggali. Perlahan dan hati-hati.

Yaa, tentu saja di hari pertama penggalian, emas itu belum muncul. Bahkan para ilmuwan dan profesor kuno harus kehilangan sebagian besar rambut karena lamanya penelitian mereka. Jadi bukan apa-apa jika hari-hari pertama penggalian ini belum menghasilkan apapun. Bahkan, setelah bulan-bulan pertama terlewati dan emas itu belum nampak juga, itu pun normal. Alkemis muda tetap antusias.

Tapi bagaimana setelah tahun pertama berlalu, dan emas itu tak juga kelihatan? Tentu Alkemis muda berpikir, apakah desas-desus itu hanya desas-desus saja? Pertanyaan demi pertanyaan mulai bermunculan di benaknya. Maka mulailah ia meragu. Tapi tetap menggali.

Tahun kedua berlalu, emas tak kunjung nampak. Ia kini tak hanya meragu, tapi skeptis. Hanya saja, Ia tak mungkin bisa kembali pulang. Semua orang menunggu Ia membawa pulang emas itu, karena saat Ia hendak memulai perjalanan, orang-orang mengantar kepergiannya dengan sejuta harapan untuknya. Jadi Ia terus menggali tanpa lelah, tapi kini tanpa hasrat yang sama.

Tahun ketiga tiba, tak ada emas. Yang ada hanya lepuhan-lepuhan di telapak tangannya, yang kini tak perih lagi tapi membentuk lapisan kulit baru yang kapalan dan kasar, mungkin tak jauh berbeda dengan telapak hatinya juga. Ia mulai marah dan menyesal. Mengapa dulu Ia begitu impulsif mengambil keputusan. Mengapa dulu Ia berani berkoar-koar pada orang-orang. Kini, bertahun-tahun sudah, dan tak setitik pun emas yang Ia temukan. Tapi ia harus marah pada siapa. Pada orang-orang penyebar desas-desus itu? Pada sungai penuh bebatuan keras yang ternyata sama sekali tidak mengandung emas ini? Atau pada ketekunannya yang begitu bodoh?

Sungguh tak tertahankan lagi. Ia mengambil batu sekepalan tangannya. Satu batu untuk satu kebodohan. Jadi ia mengambil tiga. Batu pertama, untuk desas-desus yang dengan impulsif ia percayai. Ia mengambil ancang-ancang, dengan sekuat tenaga, melempar batu itu ke bawah, ya ke bawah, tidak lurus ke depan, karena tekanannya akan jauh berkurang.

"Untuk aku yang impulsif!!!"
Dan Bruaaakkkkk!!!!!! bebatuan hancur berserpih-serpih.

Batu kedua, untuk sungai yang tak mengandung emas ini.
"Untuk batu yang ternyata hanya batu!!!"
Bruaaakkkkk!!!!!! serpih-serpih batu mengepulkan debu ke matanya sedikit.

Batu ketiga, untuk ketekunannya yang bodoh.
"Untuk aku yang tekun tapi bodoh!!!!!!"
Sekali lagi, bunyi batu berbenturan dengan batu memecah keheningan alam yang sepi.
Bruaaaaakkk!!!!!! Bunyi itu bahkan bergema.

 Alkemis muda terduduk lesu. Lelah. Ia akan pulang setelah ini, mengubur dalam-dalam impiannya. Dan menanggung malu. Tentu ia akan terus tertunduk, sama seperti sekarang.

Tapi...

Benda apa itu di antara bebatuan? Serpih-serpih kecil kekuningan... Menertawakan emosinya yang lepas kontrol. Alkemis muda menyentuhnya, perlahan mengangkatnya tepat di depan matanya.

Apakah fatamorgana? Tidak. Ini bukan padang gurun. Lagipula fatamorgana itu garis air, bukan serpihan keemasan yang ia genggam sekarang.

Lalu Alkemis muda mulai tertawa, perlahan, lalu terbahak. Setelahnya ia menandak-nandak. Emasnya sudah ditemukan!!!!! Setelah ia tak hanya hampir, tapi sudah putus asa.

 Ya, ya, ya... Hidup kita terkadang begitu.
Tahukah? Tuhan menciptakan dunia ini dan isinya, termasuk manusia, dengan rancangan sempurna.
Apakah lampu pijar temuan Thomas Alfa Edison termasuk? Ya!
Apakah telepon temuan Alexander Graham Bell juga? Ya!
Semua penemuan itu muncul di waktu yang tepat. Apakah dengan orang yang tepat? Tentu Saja!
Tuhan adalah Tuhan yang sangat sistematis, terschedule, dan tak pernah lalai.
Segala sesuatu tepat pada waktunya.
Jika lampu pijar harus di launching, tapi Thomas Alfa Edison menyerah pada percobaannya yang ke sembilan ratus sekian, akankah lampu pijar ditemukan? Pasti! Di hari, tanggal, jam dan waktu yang sama? Ya!
Tapi dengan penemu yang berbeda!!

Tidakkah kita sadar, bahwa setiap kita diciptakan bukannya tanpa tujuan? Temukan tujuanmu dan kejar itu tanpa kenal lelah, sampai titik terakhir, atau tujuan itu akan tergenapi, tapi bukan oleh kita. Oleh orang lain yang lebih tekun dan lebih pemberani, sementara kita menyerah lalu menyesal seumur hidup.

Find Your Dreams, Catch It!





-grace..., untuk para pengejar mimpi

inspired by Paulo Coelho (The ALchemist), Dr. Maqdelene Kawotjo (The Power of Goal)

Monday, October 24, 2011

Kenapa Puisi

Puisi itu kaya
Satu bait bisa berjuta-juta makna. Tergantung siapa yang baca.

Puisi juga kotak rahasia paling aman.
Bukan kayak temen-temen cewek yang keliatan simpati denger cerita kita, tapi lalu ngomongin kita di belakang jadi bahan gosip.
Atau temen-temen cowok yang sungguh-sungguh perhatian tapi harus berpikir keras karena nggak ngerti sebenernya kita ngomong apa, dan akhirnya cuma bisa bilang dua kata "tenaang" dan "sabaar".
Curhat lewat puisi berarti seluas-luasnya ekspresiin rasa, dan sesempit-sempitnya informasi..
Karena puisi itu bukan tentang bagaimana kamu, dia, atau mereka
Puisi juga bukan tentang apa yang kamu, dia, atau mereka lakukan dan bicarakan
Puisi adalah tentang aku dan rasa.. aku dan rasa... aku dan rasa....
Rasa yang subjektif..

Thursday, October 20, 2011

Surat Cinta

Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu.

Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya,dan kematian adalah sesuatu yang pasti, dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu.Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat, adalah kenyataan bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang, sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati, hatiku seperti tak di tempatnya, dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi.

..Kau tahu sayang, rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang.Pada airmata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang, pada kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenangan pahit manis selama kau ada,aku bukan hendak megeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau disini.

Mereka mengira aku lah kekasih yang baik bagimu sayang,tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik.mana mungkin aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua, tapi kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia, kau ajarkan aku arti cinta, sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini.Selamat jalan,Kau dari-Nya, dan kembali pada-Nya,kau dulu tiada untukku, dan sekarang kembali tiada.

selamat jalan sayang, cahaya mataku, penyejuk jiwaku,selamat jalan,calon bidadari surgaku ….

BJ.HABIBIE

Ketika Semburat Senja Berubah Warna

Ketika semburat senja berubah warna..
Kau tahu?
Aku pikir engkau tahu..

Jingga,merah,kuning,coklat..
Menjadikan segalanya terlihat sendu, hangat dan sayu..
Beriringan dengan sekelompok burung yang membentuk formasi..

Itu bukanlah akhir dari hari ini..
Saat kecerlangan langit murni berasal dari bintang dan bulan..
Sesaat kemudian berubah menjadi kelam..
Menelusuri pekatnya malam kita..

Dan setan2 mulai bertransformasi menjadi sebuah huruf, angka, abjad, kalimat
serta menjadikannya paragraf seperti para ahli Steganography..

Membentuk asumsi, sinisme, sarkasme, dan ironi..
Ingin dimengerti tapi dipersulit, ingin diperhalus tapi  menghaluskan hati
Tetapi malam juga yang menghapus jejaknya, tak tersisa, terasingkan bersama mimpi..
larut, terkikis dengan lelapnya..

Pagi ini masih ada..
Yang aku tahu masih ada pemilik senja itu..
Hari ini kita lewati malam itu lagi, dan hari ini kita menikmati senja itu lagi..
Pastii..

Berharap tak berganti malam..
Tapi malam akan selalu ada..
Aku mau tak sepekat kemarin,kemarin,kemarin..

Mari tidur sejenak,biar hati yang mengenal hati..
mendekripsikan setiap siratannya..



-idho-

Friday, October 14, 2011

Ukiran Bolu Batu

sepotong kue bolu diiris dari bongkahan bolu besar, kelihatan enak dan mengundang selera,
warna cokelat dengan tekstur cokelat dan wangi coklat yang menggoda.
setelah dimakan ternyata enak sekali
lalu diiris sepotong lagi dan dimakan lagi,
enak..
jadilah bongkahan bolu yang sudah teriris dua kali diklaim sebagai hak milik.

aku:"bolu ini punyaku..biar aku yang habiskan!"
orang lain:"kamu yakin?banyak banget lho..", seraya memandang bolu coklat yang diameternya 12 kali penggaris panjang 30 cm
aku:"iya..aku suka banget soalnya..lagipula belom tentu yang lain mau, biar aku yang habiskan"
orang lain:"terserah deh..", seraya mengangkat bahu dan melempar pisau bolu berbentuk kunci.

jadilah bolu itu mulai dimakan perlahan-lahan.Sedikit demi sedikit sampai akhirnya tinggal 1X1X1cm kubik saja yang tersisa dari tubuhnya, yang belum diisi bolu.

berhenti sejenak, diingatnya rasa-rasa bolu yang telah melewati kerongkonganya.
Mestinya cuma ada satu rasa, yaitu rasa cokelat yang manis dan menenangkan.
Tapi ajaib, rasa cokelat itu ternyata diselingi berjuta-juta rasa lain. Kadang rasanya seperti lemon, kadang seperti serpihan kayu, gabus pencuci piring, alumunium foil, jamur...dan terakhir rasanya seperti menelan batang mawar.

Kini tidak ada satupun ruang ditubuh yang bukan bolu coklat.
Tapi masih ada tiga irisan bolu menggeletak di meja.

oranglain:"wow..tinggal segitu?"
aku:"ii..iya.."agak kebiru-biruan menahan muntah.
oranglain:"habisin lah..tinggal segitu kok.."seraya pergi meninggalkan ruang bolu itu, tidak jelas ekspresinya, menahan tawa ditengah simpati.

Mana bisa.Walaupun tinggal tiga iris, tapi ketika keadaan tubuhku telah berubah, tiga iris itu menjadi lain, melipat ganda dengan tak terlihat.Sementara bolu ditubuh aku, saat gagal menemui 3 irisan terakhirnya berubah menjadi racun.

Kini aku menggeletak di lantai, keracunan bolu.Kejang-kejang.

Orang lain kira aku sedang dansa.Tapi ini dansa kematian. Kemanisanya memuakan.
Orang lain tertawa dalam hati,suara hatinya dalam frekuensi mengasihani.."sudah kubilang..mana bisa makan kue bolu segunung sendirian"
aku mendelik diantara kejang.Mendengar apa yang disuarakan hatinya sejelas mendengar siaran radio dalam gelombang terbaik.
aku:"coba kamu bilang dari awal.."
orang lain:"memang kamu dengar aku ngomong apa?"
aku:"iya..keracunan membuat pendengaranku jadi lebih sensitif"
orang lain:"salahmu sendiri..mestinya kamu tahu volume tubuhmu sendiri"
aku:"benar..tapi aku bodoh..jadi aku tidak tahu"
orang lain:"salah sendiri bodoh.."
aku:"kamu memang sengaja ingin melihat aku keracunan bolu.."
orang lain:"kamu nyalahin aku?itu bukan urusan ku tahu..aku kan orang lain"
aku:"ah iya..benar..orang lain tidak pernah bisa diandalkan, cuma aku yang benar-benar peduli terhadap aku, dan kamu adalah akunya kamu sendiri"
orang lain:"iya benar..itulah kenyataan"

lalu orang lain keluar dari ruang bolu itu.
Aku kejang-kejang di lantai. Hanya aku dan tiga iris bolu.
Jadi pilihannya adalah membiru dan mati konyol keracunan bolu atau menelan tiga iris itu yang akan membalikan efek racunnya.
Aku memilih hidup.
Sambil kejang aku mendorong satu iris kemulut.
Rasanya seperti menyemprot rongga mulut dengan parfum wangi tahi sapi.
Irisan kedua terasa seperti minum pemutih.
Irisan ketiga mengguyur kerongkongan seperti dimuntahi ikan paus biru yang habis minum setelah setahun puasa.Kembung tak tertahankan. Tapi kemudian diujung lidah rasanya jadi lain.

Rasanya seperti,

seperti..

cokelat..
dan kejang-kejang itu berhenti.dan bolu-bolu ditubuh melebur dengan darah.
Kemanisanya mengalir dalam pembuluh, berdesir seperti ombak.

Aku berdiri tegap, merasa lebih baik dari yang sebelum-sebelumnya. Melangkah keluar dari ruang bolu.
Ketika aku di luar, tangan kananya yang terkepal menggeliat-geliat hangat.Sesuatu lahir digenggamanya.Sebuah bolu kecil, dari batu.Tertulis dibatu itu:
"aku.., jangan pernah makan bolu sendirian".

aku:"tidak!tidak akan terulang lagi."
 lalu aku memasukan batu itu kehatinya dan melanjutkan hidup. 
dan diapun membiru





























-Flora

Filosofi Dandelion

kau tumbuh dengan sendirinya
kau bukan terbentuk dari tangan siapapun
hidupmu, dirimu, ragamu, milikmu sendiri
seperti dandelion di tepi jalan
rapuh dan kuyu, sepertinya
tapi kuat...
tak butuh tangan siapapun untuk memupuki
tak butuh air dari tempayan mana pun untuk menyiramnya
Kau bahkan menerima itu langsung dari langit
lalu tiba saatnya,
saat sang angin meniupmu pergi.. 
bukan akhir dari segalanya, tapi awal hidupmu yang baru
karena berkas-berkas dandelion rapuh yang sebenarnya perkasa itu
ditiup angin untuk menciptakan kehidupan baru..
maka sang berkas dandelion itupun tak lagi menoleh ke belakang
tapi berjuang untuk hidup barunya......
ia, menghargai penghargaan sang Penciptanya, dengan senantiasa bersedia di tiup angin, dan tetap liar di tepi jalan...
memberi filosofi berharga bagi para pejuang-pejuang hati...
kaulah dandelion itu...
Dan tetaplah begitu



-grace, untuk Puji


Ingin

aku ingin berteriak!!!
memekikkan ingar pada hati yang nelangsa,
menciptakan huru-hara pada jiwa yang terasing,
dan aku ingin melukis...
memercikkan paduan warna pada lembaran polos,
menyipratkan gumpalan-gumpalan tinta di baris-baris kosongnya..
akan kuramaikan, dan akan kuwarnai..
agar aku lupa pada sensasi rasa nelangsa yang menyakitkan,
pada sepinya keterasingan itu,
pada kosongnya hari yang hitam-putih,
dan betapa tawarnya jika tanpa warna...



-grace

Anak-anakmu


Anak-anakmu bukanlah anak-anakmu
Mereka adalah anak-anak kehidupan yang rindu akan dirinya sendiri
Mereka terlahir melalui engkau tapi bukan darimu
Meskipun mereka ada bersamamu tapi mereka bukan milikmu
Pada mereka engkau dapat memberikan cintamu, tapi bukan pikiranmu

Karena mereka memiliki pikiran mereka sendiri
Engkau bisa merumahkan tubuh-tubuh mereka
tapi bukan jiwa mereka,
 Karena jiwa-jiwa itu tinggal di rumah hari esok, yang tak pernah dapat engkau kunjungi meskipun dalam mimpi
Engkau bisa menjadi seperti mereka, tapi jangan coba menjadikan mereka sepertimu
Karena hidup tidak berjalan mundur dan tidak pula berada di masa lalu


Engkau adalah busur-busur tempat anak-anakmu menjadi anak-anak panah yang hidup diluncurkan
Sang pemanah telah membidik arah keabadian, dan ia meregangkanmu dengan kekuatannya sehingga anak-anak panah itu dapat meluncur dengan cepat dan jauh
Jadikanlah tarikan tangan sang pemanah itu sebagai kegembiraan
Sebab ketika ia mencintai anak-anak panah yang terbang, maka ia juga mencintai busur yang telah diluncurkannya dengan sepenuh kekuatan.

-Kahlil Gibran

Thursday, October 13, 2011

Ketika Aku Berkisah Tentang Senja pada Rumah

Jika Ia tiba...
Mulanya hanya kupandangi saja datangnya dan lalunya
Bersama lelantunan deham lagu awan-awan
Juga iring-iringan geliat remang-remang bintang yang perlahan-lahan mendaki malam
Seperti biasa aku bergegas pulang ke Rumahku lalu duduk manis di sudut kesukaanku
Berceloteh membosankan padanya tentang senja yang kupandangi sore ini... senja yang kulihat kemarin.. senja yang kuhirup minggu lalu.. dan senja yang mungkin tampak esok..
Rumahku itu hanya tersenyum dan mendengarkan baik-baik tanpa keluhan, padahal lagi-lagi senja..
senja lagi dan senja lagi dan senja lagi...
Kata Rumahku padaku, 'Jika kau begitu suka senja, mengapa tak kau minta dia barang segenggam dan bawa pulang bersamamu? Aku ingin melihat senja tak hanya dari ceritamu, tapi dari pantulan senja betulan yang berbinar di matamu juga...'
Aku lalu tertawa miris-miris...
Bagaimana bisa segenggam kubawa pulang, oh Rumahku yang baik
Aku tak ingin segenggam
Aku tak ingin seberkas
Aku tak ingin setangkup
Aku ingin diselimuti senja, kataku sendu
Tapi memandanginya saja sudah cukup membuatku megap-megap kegirangan
Aku bahagia berdiri menikmati bahkan sedikit semburat jingganya saja
Aku senang memeluk hangatnya meski tipis-tipis
Kurasa aku tak ingin memintanya bahkan jika hanya segenggam
Bagaimana jika aku tak diberi dan senja enggan datang lagi?
Sebaiknya kupandangi ia diam-diam saja...
Dan itulah yang kulakukan...
Berhari - hari
Berminggu - minggu
Berbulan - bulan
Berulang - ulang
Tapi itu hanya mulanya, untunglah...

Kini senja itu tak hanya ada saat matahari hendak rehat
Ia ada sebelum pagi, ia ada saat tengah hari
Bahkan saat pekatnya malam tak mengijinkan bulan menampakkan diri
Ia ada kapanpun... hanya untukku..
Jangan tanya padaku bagaimana senja menghampiriku
Jangan juga tanya senja, karena ia pasti membisu padamu

Aku hanya berkisah pada Rumahku, tentu saja..
Dan ia pun mendesah lega
Aku menikmati senja betulan..
Akhirnya...


-grace

Wednesday, October 12, 2011

Waktu itu Dia, Waktu juga Engkau

Ada kalanya kita mengerti bahwa segala sesuatu indah pada waktunya, bukan berarti berdiam diri, menunggu...
Tapi bertindak dan berjalan bersamaNya.

Karena waktu kenal dengan siapa dia berjalan...
Waktu tau persis hal2 yg kita lewati, waktu tau apa yg kita pikirkan, kita lihat..

Masa depan terkadang jdi masa depan dari masa depan atau bahkan  masa depan adalah masa kini dan masa lalu?
Waktu terus berputar, terus melaju..
Tak pernah berhenti, entah sampai kapan.

Waktu adalah udara yg kita hirup
matahari yg terkadang kita kutuk
hujan yg kita maki
juga pelangi yg kita harapkan..

Dan diatas sgalanya...
Waktu itu Dia..
Menunggu kebersamaan, memberi kesempatan dan pilihan, menemani dengan setia..

Waktu juga engkau..
Aku mau..


-idho-

Tuesday, October 11, 2011

mimpi itu percaya

Mimpi ini begitu kuat dibangun. Dibangun dari asa rapuh tapi penuh kepercayaan.
Dibangun dari kesadaran akan adanya jurang pembatas.
Ada diantara 'Mencoba mengubah mimpi jadi realistis dan rasional atau pasrah menjadikan realistis dan rasional hanya mimpi'.
Tak peduli apapun suara terdengar, apapun ego pribadi yg terasa.. Toleransi, kesabaran, penghargaan akan rasa dan keikhlasan memahami mengalahkan itu.

Kendaraan kecil bermuatan mimpi pun melaju. Memulai perjalanan panjangnya.

Tapi.. Tiba2..
kendaraan terhenti, pemegang kendalinya memutuskan utk pergi. Dan aku tak punya daya berteriak menahannya.

Hasratku kuat utk terus melaju. Tapi aku butuh pemegang kendaliku. Butuh dia berhasrat yg sama denganku.

Saat dia pergi, aku tetap menunggu.. Di atas kendaraan kecil dengan muatan mimpi yg besar utk sampai disana, tempat kami bisa mewujudkan mimpi kami.

Banyak wajah (mengasihani atau menyemangati) lalu lalang melewatiku dan bilang 'Tuhan hanya memberikan apa yg terbaik dan kita butuhkan, bukan memberikan yg kita ingini'.
Aku tak tahu maknanya.. Dan bisakah aku menyadarinya? Aku hanya bisa diam. Aku hanya akan diam. Sampai?
Sampai dia menuntunku utk meneruskan perjalanan di atas kendaraan ini atau sampai dia melaju di atas kendaraan lain dan melintas di depanku.
Iya.
Aku hanya bisa menunggu.

Kenapa?
Karna mimpi.
Mimpi ini. Mimpi yg kami bangun. Manis, indah, tak tergantikan..


-Yesica
used by permission

Tanya Di Ujung Senja

Kita dipertemukan oleh lirih rindu dan canda keterlaluan. Lalu?

Engkau pernah memberiku sebuah peta tergulung kala purnama beringsut menjauhi penanggalan
Sungai berair jernih yg tergambar adalah surga impian utk tawarkan dahaga perjalanan

Bukan tanpa sebab kupillih menghela rakit dan menepi di dermaga hati yang kau bukakan pintunya
Bukan pula semata lari dari jerat pendusta maka kusambut tulus uluran cinta yang terucap tanpa suara

Mungkin tak terasa benih riak kian menguji sekuat apa ikatan temali di singgasana hati
Selaksa detik yg jatuh ajarkan diri bahwa diam tak berarti hilang peduli, meski kadang tak kupahami

Genggam jemariku, ...
Agar tak semata berteman bayang engkau menapak jalan
Sebab aku ada dalam untaian langkah

Temukan binar rinduku, ...
Agar tak selalu sepi yg mengawanimu menelusuri titian hari yg paling resah paling patah

Dan kini senja menyongsong kita di depannya
Akankah kita menyerah kalah atau memilih melangkah bersama?


-Yesica
used by permission

Bait

Kemana kamu?
Aku sedari tadi duduk diam
Ditemani rona merah yang perlahan meredup
Disuarai kepak kawanan merpati
Dihembusi angin yg mulai menyuarakan datangnya sang ratu malam

Detak suara jantung waktu
Terus bergulir tak henti
Aku ingin punya daya utk buatnya diam sejenak
Agar tak habis redup rona merah itu
Agar tak cepat senyap
Agar tak cepat pekat
Sampai terjawab kemana kamu

Saat ranting berderak
Dan bunyi daun gemeresak
Aku tau itu kamu
Akhirnya.. Aku mulai bisa berlaku..

Memandangi seulas senyummu yg nyinyir
Menggilai bentukmu yg buatku layu
Merekam indahnya simfonimu dalam rongga dadaku
Mendengar ceritamu soal hati hingga tahi

Sampai kau diam.. Kulempar senyumku..

Diamlah..
Kau tetap kukagumi
Tetap kugilai
Walau tak ada lagi
Sapa indah dalam bait kata atau suara

Kemana kamu?
Tak bergeming..
Aku tetap disini
Rona merah pun berganti
Aku ingin disini..

-Yesica
used by permission

Aku

Aku
Mau tau siapa aku?
Aku ini siapa-siapa diantara keakuanku
Aku ini reribuan wacana yg tegak berlagu

Aku
Dimana aku?
Aku ada di tempat yang hanya aku yang bisa lihat
Aku ada di sudut pembaringan yang aku buat

Aku
Cuma bisa goreskan apa yg aku tau
Goresan aku karna terbuai dalam indah
Goresan aku karna terkulai patah
Goresan aku karna tersenyum bangga
Goresan aku karna tersaruk kecewa

Aku
Jangan protes aku
Aku cuma lakukan yg aku tau
Aku tak peduli hal yg bukan karna aku

Cukup!!
Jangan ganggu aku
Biarkan aku disini
Tetap bersama aku
Karna
Aku adalah bagian dari aku yg terkadang terlepas dari aku..

Jadi Aku?

-Yesica
used by permission

Monday, October 10, 2011

Ketika lingkarannya berubah jadi dua garis tipis-tipis...

Waktu dengan angkuhnya berjalan lurus-lurus ke depan tanpa melirik kita
Sombong ya dia? hehehe....
Dulu, waktu lingkarannya belum jadi dua garis tipis-tipis, si waktu dengan sengaja melenggang perlahan-lahan, tersenyum-senyum melihat kita, dan memastikan kita menghitung perputarannya setiap hari, minggu dan bulan..
Sekarang ia memastikan bahkan bayangannya pun tak tertangkap mata kita...


Lingkarannya sudah jadi dua garis tipis-tipis sekarang..
Nggak ada apa pun yang berubah kecuali dalamnya pengenalan dan fluktuasi pergantian ekspresi..

Dari senyum-senyum simpul sampai derai tawa gelak-gelak
Dari manyun-manyun sampai mata bengkak malam-malam buta
Dari gerutu-gerutu kecil sampai makian-makian
Dari basa-basi sampai rahasia-rahasia hati
Dari bisik-bisik mereka sampai konfrontasi
Dari masalah satu ke masalah lain
Dari pemahaman ini ke pemahaman itu...
Banyak hal ya?

Dari kesalahan kecil-kecil sampai besar-besar
Rasanya membentuk kita menjadi sesuatu, bukan?
(Dan orang-orang pikir kita malaikat  -____- )

Sudah sampai sejauh ini, tapi rasanya masih terlalu singkat untuk sesuatu yang besar
Mimpi-mimpi... visi-visi....
Masih banyak lagu yang harus kita gubah
Masih banyak juga cerita-cerita yang harus kita tulis
Aku punya kata, kamu punya musik...
Kita juga sama-sama punya irama dan ritme yang selaras...
Jadi, jangan menyerah menggores lingkaran yang berikutnya, dan berikutnya, dan berikutnya lagi
Kita punya Dia..
Kita punya segalanya :)
Kita saling memiliki....

Fenomena senjaku yang hangat...
Pemantik karya-karyaku..
Ekspektasi tertinggiku...

Aku menunggu kita menembus kabut pagi kintamani :)

-grace
Pic by mr.google

Friday, October 7, 2011

Ayo Kita Pergi.....

Ada ketikanya saat kita merasa hati butuh sentuhan dari tangan istimewa yang tak lagi dekat
Pun ada ketikanya saat kita hidup menapaki masa lalu langkah per langkah dan berpikir itu yang terbaik saat ini
Sementara waktu berkata dirinya tak punya cukup tempat lagi untuk menampung semua kenangan yang tak ingin kita tinggalkan, bahwa tugasnya adalah berlari sesuai ritme yang telah ditentukan Penciptanya
Maka kita pun memutuskan untuk mempersilakan waktu berlari lebih dulu
Dan kita dengan sengaja memerangkap diri kita dalam mimpi yang tak kenal waktu
Mimpi yang tak punya tenggat membuai kita untuk berleha-leha di sana, menikmati kesemuan yang nyaman
Membuat kita berpikir bahwa inilah hidup kita seharusnya dan tentu saja ini bisa jadi kenyataan suatu saat entah kapan...

Lalu, mari kita intip sejenak adakah jalan untuk menjadikan itu nyata, sayang...
Karena waktu semakin jauh berlari dan kita masih disini
Karena objek mimpi kita pun kini ada di barisan orang-orang yang meniti realita bersama waktu..
Apakah ia setidaknya mengulurkan tangan dan membawa kita serta bersamanya, ataukah ia mengejar waktu seorang diri dan tak teralihkan apapun?
Akankah kita biarkan ia lebih dulu menggapai mimpinya sementara kita tertinggal karena dialah objek mimpi kita?

Hidup masih menyisakan banyak warna untuk kita, sayang
Tak akan jadi abu-abu hanya karena kita melepas satu mimpi..
Masih banyak mimpi-mimpi lain menanti kita
Masih banyak warna-warna lain menanti untuk membiasi hidup kita
Karena hati kita berharga lebih dari sekedar mimpi
Dan hidup kita melebihi nilai satu objek mimpi...

Ayo kita pergi, sayang...
Hujan sudah reda, dan pelangi tersenyum untukmu...... :)


pic by mr.google



















-grace, untuk Yesica..