Grace Oey

Aku adalah Penyuka Fenomena Senja... Hangatnya, Biasnya, Cahayanya, dan tentu saja Cintanya... Aku Sendiri adalah Semburat Fajar..

Friday, October 14, 2011

Ukiran Bolu Batu

sepotong kue bolu diiris dari bongkahan bolu besar, kelihatan enak dan mengundang selera,
warna cokelat dengan tekstur cokelat dan wangi coklat yang menggoda.
setelah dimakan ternyata enak sekali
lalu diiris sepotong lagi dan dimakan lagi,
enak..
jadilah bongkahan bolu yang sudah teriris dua kali diklaim sebagai hak milik.

aku:"bolu ini punyaku..biar aku yang habiskan!"
orang lain:"kamu yakin?banyak banget lho..", seraya memandang bolu coklat yang diameternya 12 kali penggaris panjang 30 cm
aku:"iya..aku suka banget soalnya..lagipula belom tentu yang lain mau, biar aku yang habiskan"
orang lain:"terserah deh..", seraya mengangkat bahu dan melempar pisau bolu berbentuk kunci.

jadilah bolu itu mulai dimakan perlahan-lahan.Sedikit demi sedikit sampai akhirnya tinggal 1X1X1cm kubik saja yang tersisa dari tubuhnya, yang belum diisi bolu.

berhenti sejenak, diingatnya rasa-rasa bolu yang telah melewati kerongkonganya.
Mestinya cuma ada satu rasa, yaitu rasa cokelat yang manis dan menenangkan.
Tapi ajaib, rasa cokelat itu ternyata diselingi berjuta-juta rasa lain. Kadang rasanya seperti lemon, kadang seperti serpihan kayu, gabus pencuci piring, alumunium foil, jamur...dan terakhir rasanya seperti menelan batang mawar.

Kini tidak ada satupun ruang ditubuh yang bukan bolu coklat.
Tapi masih ada tiga irisan bolu menggeletak di meja.

oranglain:"wow..tinggal segitu?"
aku:"ii..iya.."agak kebiru-biruan menahan muntah.
oranglain:"habisin lah..tinggal segitu kok.."seraya pergi meninggalkan ruang bolu itu, tidak jelas ekspresinya, menahan tawa ditengah simpati.

Mana bisa.Walaupun tinggal tiga iris, tapi ketika keadaan tubuhku telah berubah, tiga iris itu menjadi lain, melipat ganda dengan tak terlihat.Sementara bolu ditubuh aku, saat gagal menemui 3 irisan terakhirnya berubah menjadi racun.

Kini aku menggeletak di lantai, keracunan bolu.Kejang-kejang.

Orang lain kira aku sedang dansa.Tapi ini dansa kematian. Kemanisanya memuakan.
Orang lain tertawa dalam hati,suara hatinya dalam frekuensi mengasihani.."sudah kubilang..mana bisa makan kue bolu segunung sendirian"
aku mendelik diantara kejang.Mendengar apa yang disuarakan hatinya sejelas mendengar siaran radio dalam gelombang terbaik.
aku:"coba kamu bilang dari awal.."
orang lain:"memang kamu dengar aku ngomong apa?"
aku:"iya..keracunan membuat pendengaranku jadi lebih sensitif"
orang lain:"salahmu sendiri..mestinya kamu tahu volume tubuhmu sendiri"
aku:"benar..tapi aku bodoh..jadi aku tidak tahu"
orang lain:"salah sendiri bodoh.."
aku:"kamu memang sengaja ingin melihat aku keracunan bolu.."
orang lain:"kamu nyalahin aku?itu bukan urusan ku tahu..aku kan orang lain"
aku:"ah iya..benar..orang lain tidak pernah bisa diandalkan, cuma aku yang benar-benar peduli terhadap aku, dan kamu adalah akunya kamu sendiri"
orang lain:"iya benar..itulah kenyataan"

lalu orang lain keluar dari ruang bolu itu.
Aku kejang-kejang di lantai. Hanya aku dan tiga iris bolu.
Jadi pilihannya adalah membiru dan mati konyol keracunan bolu atau menelan tiga iris itu yang akan membalikan efek racunnya.
Aku memilih hidup.
Sambil kejang aku mendorong satu iris kemulut.
Rasanya seperti menyemprot rongga mulut dengan parfum wangi tahi sapi.
Irisan kedua terasa seperti minum pemutih.
Irisan ketiga mengguyur kerongkongan seperti dimuntahi ikan paus biru yang habis minum setelah setahun puasa.Kembung tak tertahankan. Tapi kemudian diujung lidah rasanya jadi lain.

Rasanya seperti,

seperti..

cokelat..
dan kejang-kejang itu berhenti.dan bolu-bolu ditubuh melebur dengan darah.
Kemanisanya mengalir dalam pembuluh, berdesir seperti ombak.

Aku berdiri tegap, merasa lebih baik dari yang sebelum-sebelumnya. Melangkah keluar dari ruang bolu.
Ketika aku di luar, tangan kananya yang terkepal menggeliat-geliat hangat.Sesuatu lahir digenggamanya.Sebuah bolu kecil, dari batu.Tertulis dibatu itu:
"aku.., jangan pernah makan bolu sendirian".

aku:"tidak!tidak akan terulang lagi."
 lalu aku memasukan batu itu kehatinya dan melanjutkan hidup. 
dan diapun membiru





























-Flora

3 comments:

  1. wkwkwkwkkk....edan ceritanya.

    penggunaan bahasa nya kreatif gan, beda gitu sm yg kebanyakan. nice blog !!

    ReplyDelete
  2. Thank u :D my friend Flora must be happy. hehehehe....

    ReplyDelete