Grace Oey

Aku adalah Penyuka Fenomena Senja... Hangatnya, Biasnya, Cahayanya, dan tentu saja Cintanya... Aku Sendiri adalah Semburat Fajar..
Showing posts with label Untuk Sahabatku. Show all posts
Showing posts with label Untuk Sahabatku. Show all posts

Saturday, November 17, 2012

To my beloved friend...

Hidup terlalu singkat untuk dijejali masa lalu.
Bahkan jika kita menoleh ke belakang dan merunuti satu per satu masa lalu kita yang indah dan hangat, sekarang akan terasa pahit dan dingin.. Pahit karena kita tak lagi bisa menikmati indahnya kembali. Hanya bisa kita rekam di memori sementara kita yang mungkin akan hilang dalam beberapa tahun ke depan, dan dingin karena kita hangat berdua di sana tapi kini sendirian di sini.

Survive, kata yang cuma satu tapi sungguh sulit dilakukan. Tapi kamu, temanku, berhasil survive sampai hari ini lho. Kata Syahrini itu sesuatu banget. Xixixixi... Dengan segala kejadian yang pernah terjadi, yang saat di depan mata terasa buruk dan kepingin mati saja menghadapinya, sekarang bisa kita ingat-ingat lagi untuk pelajaran menata hidup masa depan kita. Kamu berhasil survive dengan baik. Buktinya hari ini kamu nggak menangis.

Lirik-lirik lagu galau yang setiap hari berkumandang di kuping kita itu sudah cukup kok mewakili hati kita yang rasanya gengsi sekali kalau kata-kata di lirik lagu itu keluar dari mulut kita. Terberkatilah para pencipta lagu. Kita jadi bisa cuma pura-pura suka lagu itu, menyanyikannya hanya sebatas senandung saja, tapi sebenarnya itu jeritan hati kita, ya? hehehehe.

Kita cukup bertelepati saja. I know you know that we know.

Well, i hope u can face it bravely. Bersemangat!!!

Friday, October 28, 2011

The Alchemist...

Terkadang hidup kita sama seperti seorang alkemis muda yang mendengar desas-desus tentang tambang emas di suatu tempat... Ia dengan bersemangat memutuskan untuk pergi dan mencari emas itu. Berbekal pengetahuannya, kecintaannya akan logam mulia itu, pergilah ia dengan tekad tak akan kembali sebelum menemukan apa yang ia cari.

Sungai itu penuh dengan bebatuan, ternyata. Tentu akan sulit sekali mencari emasnya. Ia akan harus berhati-hati dan perlahan-lahan menggali, tanpa merusak alam. Itu bukan masalah besar, tentu saja Ia akan sabar. Ini namanya hasrat. Bukan hanya sekedar ingin saja. Ini namanya dedikasi. Bukan hanya sekedar ingin keuntungan.

Maka ia mulai menggali. Perlahan dan hati-hati.

Yaa, tentu saja di hari pertama penggalian, emas itu belum muncul. Bahkan para ilmuwan dan profesor kuno harus kehilangan sebagian besar rambut karena lamanya penelitian mereka. Jadi bukan apa-apa jika hari-hari pertama penggalian ini belum menghasilkan apapun. Bahkan, setelah bulan-bulan pertama terlewati dan emas itu belum nampak juga, itu pun normal. Alkemis muda tetap antusias.

Tapi bagaimana setelah tahun pertama berlalu, dan emas itu tak juga kelihatan? Tentu Alkemis muda berpikir, apakah desas-desus itu hanya desas-desus saja? Pertanyaan demi pertanyaan mulai bermunculan di benaknya. Maka mulailah ia meragu. Tapi tetap menggali.

Tahun kedua berlalu, emas tak kunjung nampak. Ia kini tak hanya meragu, tapi skeptis. Hanya saja, Ia tak mungkin bisa kembali pulang. Semua orang menunggu Ia membawa pulang emas itu, karena saat Ia hendak memulai perjalanan, orang-orang mengantar kepergiannya dengan sejuta harapan untuknya. Jadi Ia terus menggali tanpa lelah, tapi kini tanpa hasrat yang sama.

Tahun ketiga tiba, tak ada emas. Yang ada hanya lepuhan-lepuhan di telapak tangannya, yang kini tak perih lagi tapi membentuk lapisan kulit baru yang kapalan dan kasar, mungkin tak jauh berbeda dengan telapak hatinya juga. Ia mulai marah dan menyesal. Mengapa dulu Ia begitu impulsif mengambil keputusan. Mengapa dulu Ia berani berkoar-koar pada orang-orang. Kini, bertahun-tahun sudah, dan tak setitik pun emas yang Ia temukan. Tapi ia harus marah pada siapa. Pada orang-orang penyebar desas-desus itu? Pada sungai penuh bebatuan keras yang ternyata sama sekali tidak mengandung emas ini? Atau pada ketekunannya yang begitu bodoh?

Sungguh tak tertahankan lagi. Ia mengambil batu sekepalan tangannya. Satu batu untuk satu kebodohan. Jadi ia mengambil tiga. Batu pertama, untuk desas-desus yang dengan impulsif ia percayai. Ia mengambil ancang-ancang, dengan sekuat tenaga, melempar batu itu ke bawah, ya ke bawah, tidak lurus ke depan, karena tekanannya akan jauh berkurang.

"Untuk aku yang impulsif!!!"
Dan Bruaaakkkkk!!!!!! bebatuan hancur berserpih-serpih.

Batu kedua, untuk sungai yang tak mengandung emas ini.
"Untuk batu yang ternyata hanya batu!!!"
Bruaaakkkkk!!!!!! serpih-serpih batu mengepulkan debu ke matanya sedikit.

Batu ketiga, untuk ketekunannya yang bodoh.
"Untuk aku yang tekun tapi bodoh!!!!!!"
Sekali lagi, bunyi batu berbenturan dengan batu memecah keheningan alam yang sepi.
Bruaaaaakkk!!!!!! Bunyi itu bahkan bergema.

 Alkemis muda terduduk lesu. Lelah. Ia akan pulang setelah ini, mengubur dalam-dalam impiannya. Dan menanggung malu. Tentu ia akan terus tertunduk, sama seperti sekarang.

Tapi...

Benda apa itu di antara bebatuan? Serpih-serpih kecil kekuningan... Menertawakan emosinya yang lepas kontrol. Alkemis muda menyentuhnya, perlahan mengangkatnya tepat di depan matanya.

Apakah fatamorgana? Tidak. Ini bukan padang gurun. Lagipula fatamorgana itu garis air, bukan serpihan keemasan yang ia genggam sekarang.

Lalu Alkemis muda mulai tertawa, perlahan, lalu terbahak. Setelahnya ia menandak-nandak. Emasnya sudah ditemukan!!!!! Setelah ia tak hanya hampir, tapi sudah putus asa.

 Ya, ya, ya... Hidup kita terkadang begitu.
Tahukah? Tuhan menciptakan dunia ini dan isinya, termasuk manusia, dengan rancangan sempurna.
Apakah lampu pijar temuan Thomas Alfa Edison termasuk? Ya!
Apakah telepon temuan Alexander Graham Bell juga? Ya!
Semua penemuan itu muncul di waktu yang tepat. Apakah dengan orang yang tepat? Tentu Saja!
Tuhan adalah Tuhan yang sangat sistematis, terschedule, dan tak pernah lalai.
Segala sesuatu tepat pada waktunya.
Jika lampu pijar harus di launching, tapi Thomas Alfa Edison menyerah pada percobaannya yang ke sembilan ratus sekian, akankah lampu pijar ditemukan? Pasti! Di hari, tanggal, jam dan waktu yang sama? Ya!
Tapi dengan penemu yang berbeda!!

Tidakkah kita sadar, bahwa setiap kita diciptakan bukannya tanpa tujuan? Temukan tujuanmu dan kejar itu tanpa kenal lelah, sampai titik terakhir, atau tujuan itu akan tergenapi, tapi bukan oleh kita. Oleh orang lain yang lebih tekun dan lebih pemberani, sementara kita menyerah lalu menyesal seumur hidup.

Find Your Dreams, Catch It!





-grace..., untuk para pengejar mimpi

inspired by Paulo Coelho (The ALchemist), Dr. Maqdelene Kawotjo (The Power of Goal)

Friday, October 14, 2011

Filosofi Dandelion

kau tumbuh dengan sendirinya
kau bukan terbentuk dari tangan siapapun
hidupmu, dirimu, ragamu, milikmu sendiri
seperti dandelion di tepi jalan
rapuh dan kuyu, sepertinya
tapi kuat...
tak butuh tangan siapapun untuk memupuki
tak butuh air dari tempayan mana pun untuk menyiramnya
Kau bahkan menerima itu langsung dari langit
lalu tiba saatnya,
saat sang angin meniupmu pergi.. 
bukan akhir dari segalanya, tapi awal hidupmu yang baru
karena berkas-berkas dandelion rapuh yang sebenarnya perkasa itu
ditiup angin untuk menciptakan kehidupan baru..
maka sang berkas dandelion itupun tak lagi menoleh ke belakang
tapi berjuang untuk hidup barunya......
ia, menghargai penghargaan sang Penciptanya, dengan senantiasa bersedia di tiup angin, dan tetap liar di tepi jalan...
memberi filosofi berharga bagi para pejuang-pejuang hati...
kaulah dandelion itu...
Dan tetaplah begitu



-grace, untuk Puji


Friday, October 7, 2011

Ayo Kita Pergi.....

Ada ketikanya saat kita merasa hati butuh sentuhan dari tangan istimewa yang tak lagi dekat
Pun ada ketikanya saat kita hidup menapaki masa lalu langkah per langkah dan berpikir itu yang terbaik saat ini
Sementara waktu berkata dirinya tak punya cukup tempat lagi untuk menampung semua kenangan yang tak ingin kita tinggalkan, bahwa tugasnya adalah berlari sesuai ritme yang telah ditentukan Penciptanya
Maka kita pun memutuskan untuk mempersilakan waktu berlari lebih dulu
Dan kita dengan sengaja memerangkap diri kita dalam mimpi yang tak kenal waktu
Mimpi yang tak punya tenggat membuai kita untuk berleha-leha di sana, menikmati kesemuan yang nyaman
Membuat kita berpikir bahwa inilah hidup kita seharusnya dan tentu saja ini bisa jadi kenyataan suatu saat entah kapan...

Lalu, mari kita intip sejenak adakah jalan untuk menjadikan itu nyata, sayang...
Karena waktu semakin jauh berlari dan kita masih disini
Karena objek mimpi kita pun kini ada di barisan orang-orang yang meniti realita bersama waktu..
Apakah ia setidaknya mengulurkan tangan dan membawa kita serta bersamanya, ataukah ia mengejar waktu seorang diri dan tak teralihkan apapun?
Akankah kita biarkan ia lebih dulu menggapai mimpinya sementara kita tertinggal karena dialah objek mimpi kita?

Hidup masih menyisakan banyak warna untuk kita, sayang
Tak akan jadi abu-abu hanya karena kita melepas satu mimpi..
Masih banyak mimpi-mimpi lain menanti kita
Masih banyak warna-warna lain menanti untuk membiasi hidup kita
Karena hati kita berharga lebih dari sekedar mimpi
Dan hidup kita melebihi nilai satu objek mimpi...

Ayo kita pergi, sayang...
Hujan sudah reda, dan pelangi tersenyum untukmu...... :)


pic by mr.google



















-grace, untuk Yesica..