Grace Oey

Aku adalah Penyuka Fenomena Senja... Hangatnya, Biasnya, Cahayanya, dan tentu saja Cintanya... Aku Sendiri adalah Semburat Fajar..

Friday, August 12, 2011

Ketika rasanya menyapa rasaku

Menerobos kerapuhan hati akan makna satu kata "percaya".
Bulan tenggelam surya memekik.
Gersang menikam hujan meredam.

Sementara aku?
Berjalan kecil mengitari sosoknya yang tetap diam dimana dia menempatkan dirinya sendiri.

Ku sedikit mempercepat jalanku,berlari mungkin dan berhenti ketika aku lelah.Dia tetap diam di tempatnya.

Memberikan aku minum ketika haus,memberikan aku makan ketika lapar,senyum ketika tidak ada seorangpun yang memberikannya padaku.

Kadang aku suka mengusiknya dari tempatnya,tpi dia tetap diam manis dan menikmati tempat dimana dia menempatkan dirinya.

Ku mendekatinya dan duduk diam disampingnya.dia tersenyum :)

-idho-

Ketika rasa akhirnya sungguh-sungguh saling merasa

menandak-nandak gembira ia
lepas seakan terbang
bertepuk bagai bocah periang
membangun harapan di atas seruntut kata sederhana

membiarkannya mengelana
menyinggahi mimpiku dan mimpimu
menyulam keyakinan di hatiku dan hatimu
menyemai benih-benih imaji yang berkembang menyata

terbahak!
menari di antara derai tawa
mengindap berrahasia di tengah keramaian asumsi
ahahahaha!
aku tak mau berbagi



-grace

Ketika Rasa hanya cukup untukku dan nya :)

aku
menapakkan kaki di benaknya
dan mengelanai seluruh imajinya
berlari-lari kecil, menyisakan sejumlah jejak
merumahkan sebentuk kenangan dalam peti kecil
yang pada ketikanya akan terbuka
memendarkan kerlip-kerlip sinar samar-samar
yang dipertanyakan para kunang-kunang yang sayapnya meredup itu
maka malam akan benderang dengan berjuta kerlip
bintang bahkan mengelak menjauhi bumi, karena sinarnya terlihat kusam
lalu nyanyian dedaunan akan bersenandung lamat-lamat
membuat resah para peri pengantar mimpi
karena tak pernah menyenandungkan lagu semerdu itu

menunggu ketika itu tiba tak akan pernah mudah
tapi utara itu tak mungkin tak berujung
dan waktu pun tak mungkin tak berjalan konstan
jadi akupun bergerak bersama waktu
yakin akan tetap sama ketika tiba ketikanya...



 -grace

Ketika Logika Terendap dan Rasa Menguap

Makin tak terkendali..
Mengendapkan logika, menyurutkan suara hati, tapi mengatasnamakan perasaan. Dan kemudian mendobrak pertahanan diri, memporak-porandakan akal sehat. Tapi tak bisa menjadikannya nyata.

Hari ini, hujan turun sudah. Menghapuskan jejak2 kemarau yang hangat, membawanya lebur bersama uap jalanan yang menguar.
Aku ingin merumahkannya di hatiku, tapi tak mungkin! Ia tak kasat mata..
Dan hatiku sudah terlalu sempit demi menyisakannya tempat.
Ia yang tadinya menggelembung penuh kini mengerut, semakin kecil..
Ah, aku melayang terlalu tinggi. Menyakitkan ketika terhempas.
Lalu patutkah disesali?
Aku bahkan akan mengulanginya, jika waktu bisa menoleh.
Atau..
Bisakah ia tinggal tetap tanpa harus memunggungiku?



 -grace

Ketika Memperjuangkan Rasa tetap Wajar Menjadi Sulit

Larut seperti endapan rasa pada sewadah hati
Aku berusaha mengumpulkan setitik demi setitik partikel padatnya, tapi tak bisa..
Ingin memberontak, menggeliat, dan bergulat dengan gigih, tapi ia telah menyebar dan mengontaminasi setiap serat hatiku, jika memang hati berserat.
Bahkan lebih parah, setiap helai sel terkecil tubuhku diikatnya.
Tak bisakah kau melihat cerminannya pada gurat auraku?
Betapa aku berusaha keras!
Tak bisakah kau melihat aku berjuang melawannya?
Well, kebenaran sedang menantangku untuk melihat apakah aku cukup bernyali untuk memilihnya dan mengesampingkan hati yang menuntut disenangkan...


-grace

Ketika Rasa Membuat Otak Keblinger

Bisakah aku menahan jemariku untuk tak mengukirnya?
Namamu, maksudku.
Dan bisakah aku menahan kendali otakku untuk tak terprogram tentang profil wajahmu?
Atau sekedar matamu saja..
Lalu, bisakah aku menahan perasaan ini agar tak limbung ketika sepertinya aku terakses pandangan matamu?
Lantas, bisakah kau merasakan bahwa di dalam sini terasa pedih jika kita terjebak dalam kebisuan yang bodoh, yang membuat segala pengertian terkikis dan tatapanmu tak lagi terarah padaku?
Ya,tatap mataku,maka segalanya akan terbuka, eksplisit, gamblang, dan kau tau apa yang kurasa.
Benarkah?
Tapi tatapan itu hanya suatu kebuntuan tak tertembus.
Bahkan oleh tingkah laku aneh para pemimpi.
Sepertiku..
Sepertimu..

Sekedar sebuah karya.
Lalu?Lalulah...



-grace

Ketika akhirnya rasa itu tiba juga sebagai migrain

Aku menyukai perasaan ini

Tapi menatap matanya membuatnya sirna

Bertanya tanpa bertemu jawaban

Akhirnya hanya berdiam dengannya pula

Segala sisi terasa berpindah ruas

Kadang ia ada dan menyenangkan

Kadang aku muak dan ingin berlalu saja

Bahkan sumbang suaranya tertangkap telinga

Hanya tetap saja tiba ia...

Aku meraihnya saja tapi bukan yang nyata

hanya berdiam dengannya pula

tanpa terjawab...


Cukup bagiku hanya dengan melihatnya saja

Bahkan cukup pula dengan keyakinan bahwa ia tahu aku ada....

Ia semakin bertambah dan penuh, bahkan meluap gembira

Hanya saja ada banyak tanya yang tak terjawab

Tak sanggup untuk tahu, lagipula...

Hanya mengukuhkan kedudukan bahwa aku perempuan.





-grace

Ketika Pengkhianatan itu semakin menjadi

Aku sungguh tak tahan lagi
Seperti orang gila menduga-duga berapa banyak bintang di angkasa sana
Mengira-ngira berapa liter air di lautan
Sungguh melelahkan!
Mencoba memaknai ini menjadi sesuatu yang berarti, sama saja dengan menawarkan laut mati
Sia-sia dan menguras tenaga
Mengapa aku begitu bodoh?
Sebentar merenung, sebentar tertawa, sebentar menangis, sebentar putus asa
Apa yang kuharapkan?
Apa aku benar-benar berharap ia datang? Datang dan menghancurkan hidupnya di depanku?
Tidak Bisa!
Aku akan membiarkannya saja, rasaku itu..
Mati dan mengendap larut bersama aliran darahku
Rapi tersimpan untuk meracuni diriku sendiri
Melalukannya pergi bersama badai, jika mungkin
Tak kembali, tapi semakin jauh...



-grace

Ketika Rasa Mengkhianati Logika

Jangan Matikan
Jika rasa itu padaku, tolong jangan matikan
Tapi jika bukan, aku tak sanggup membayangkannya

Berdiri di bawah terik matahari
Ya, aku melakukannya!
Berlama-lama disana, mencoba meluruhkan rasaku juga
Tapi aku tidak bisa
Sangat kekanakan, tapi itu rasaku, milikku, dan tak mungkin lebih lama lagi
Entah sampai kapan ia bertahan sebelum akhirnya menyembur keluar

Tatap mataku..
Kau akan melihatnya di sana
Sekali saja, tolehkan wajahmu dan tatap mataku..
Bisakah?




-grace

Thursday, August 11, 2011

Ketika sebuah nama terasa lebih dari sekedar nama

Sebaiknya...

Jangan sebut namaku begitu
Karena terasa berderam-deram memekakan telinga
Bahkan waktu tak akan mudah meredam gaungnya
Inginnya kucabik saja menjadi secarik gema abstrak
Lalu kebaskannya di sana bersama sampah-sampah..
Menyusahkanku saja!

Jika seruan jingga matahari sore memanggilku pulang
Akan sulit untuk berbalik dan pergi
Memunggungi untaian huruf yang kubenci itu
Mengalun berirama indah lewat suaranya
Suara kecintaanku itu
Sungguh-sungguh menyusahkanku!



-grace